PPID Kab. Hulu Sungai Selatan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kab. Hulu Sungai Selatan

PPID Kab. Hulu Sungai Selatan

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kab. Hulu Sungai Selatan

WABUP : AMUK HANTARUKUNG MERUPAKAN SALAH SATU NILAI SEJARAH PERJUANGAN WARGA BANUA

Amuk Hantarukung merupakan salah satu peristiwa bersejarah di Kampung Hantarukung. sebuah kampung kecil yang sekarang masuk dalam wilayah Desa Wasah Hilir Kecamatan Simpur. Kampung ini berjarak sekitar 7 kilometer dari Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, namun di kampung ini menyimpan kisah heroik para pahlawan bangsa dalam menentang penjajahan belanda di masa abad ke-19. Walaupun tidak tercatat sebagai peristiwa nasional, namun masyarakat lokal menganggap bahwa Hamuk Hantarukung merupakan usaha rakyat Hulu Sungai Selatan dalam mengusir penjajah Belanda. Sebuah pertempuran sengit yang terjadi, dan menewaskan banyak para pejuang. Situs Cagar Budaya Kompleks Pemakaman Amuk Hantarukung, merupakan saksi sejarah terjadinya peristiwa sejarah di HSS.

Wakil Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS), Syamsuri Arsyad. S.AP, MA sore tadi bersama-sama warga sekitar, menghadiri Haul Para Pahlawan Amuk Hantarukung Ke-123 langsung di Kompleks Pemakaman yang terletak di Kampung Hantarukung ini. Acara ini diselenggarakan kembali atas inisiatif Kepala Desa Muzzakir Rahmat dengan swadaya masyarakat setelah 25 tahun tidak terlaksana lagi. (Senin, 19/09).

Dalam kesempatan sambutannya, Wabup Syamsuri Arsyad menyampaikan terima kasih dan rasa harunya kepada masyarakat yang telah melaksanakan kegiatan ini.
“Amuk Hantarakung ini merupakan sejarah besar bagi HSS. Semangat perjuangan para pendahulu kita yang begitu gigih dalam melawan penjajah Belanda. Kita mesti bangga karena peristiwa ini, walaupun tidak tercatat dalam sejarah nasional, namun merupakan cikal bakal dari perjuangan modern masyarakat Banjar saat itu. Ini merupakan peristiwa besar yang memicu semangat para pejuang lainnya” ungkapnya.
Ditambahkannya, salah satu kekurangan di masyarakat kita adalah ketiadaan catatan atau manuskrib resmi untuk menjabarkan peristiwa ini. Yang ada hanyalah cerita dari mulut ke mulut dan berupa makalah-makalah lama, yang harus kita gali lagi.
“Insya Allah kami yang kebetulan juga sebagai Ketua DHC 45 HSS, nanti akan mencetak ulang 200 eksemplar makalah yang ada tentang Amuk Hantarukung ini untuk dibagikan ke sekolah-sekolah, agar anak-anak sekarang tau tentang peristiwa bersejarah ini” tambahnya.

Wabup juga berjanji di tahun yang akan datang kalau acara ini terus diselenggarakan, Pengurus DHC 45 HSS akan ikut membantu dengan anggaran dana untuk terselenggaranya kegiatan ini.
Dirinya juga sempat berpesan agar Pohon Rarawa (sejenis Kasturi) yang ada di Area Kompleks Pemakaman agar jangan ditebang, karena pohon yang telah berusia ratusan tahun ini merupakan saksi hidup para Pejuang Amuk Hantarukung. Pohon raksasa ini sendiri masih berdiri tegak, bahkan sangat rimbun hingga sekarang. Sementara dibawahnya, terkubur jasad-jasad para pejuang Amuk Hantarukung yang sebagian besar sudah hampir rata dengan tanah.
Acara Haul ini sendiri diisi dengan acara pengajian, tahlil dan tausyiah oleh Ustadz Husni Latif dari Tebing Tinggi, yang sebagian besar juga banyak menceritakan berbagai sejarah Perang di Zaman Nabi Muhammad SAW, dengan membandingkan apa yang telah diperjuangkan oleh para Pejuang Amuk Hantarukung, dengan semangat dan jihad di jalan Allah.

Acara ini sendiri turut dihadiri Camat Simpur, Kapolsek Simpur, Perwakilan Danramil Simpur, Pengurus DHC 45, Tokoh Masyarakat, Warga Sekitar dan Para Juriat Pejuang Hantarukung yang sengaja datang dari luar daerah. Sebagai wujud perhatian, selepas acara Wabup Syamsuri Arsyad secara simbolis menyerahkan nasi tumpeng kepada perwakilan Juriat Hantarukung.

Selepas haulan, Wabup Syamsuri Arsyad bersama para tokoh dan undangan, berkesempatan pula untuk berziarah atau mengunjungi makam salah satu Pejuang Amuk Hantarukung yang masih terpelihara, yakni Makam H. Abdurrahman atau yang bergelar Datu Ning Bulang. Menurut cerita sejarah yang beredar, Alm. Ning Bulang yang ada di kubur di pemakaman ini, hanyalah jasad tanpa kepala, karena kepala beliau dipenggal dan dibawa oleh Belanda saat itu. Nama Ning Bulang sendiri kini diabadikan untuk sebuah Gedung Serbaguna yang ada di Kecamatan Simpur.
(Kominfo-HSS/AJP/19092022)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas